pict source : http://wartakota.tribunnews.com/2015/06/23/misteri-sosok-ayah-di-biskuit-khong-guan-diungkap
Hari ini, 6 Juli 2016, 06.24 WIB. Saya duduk di meja belajar kamar asrama saya dan mendengar suara di udara yang tidak bisa saya bedakan dari mata angin yang mana suara tersebut berasa. Semuanya berseru mengumandangkan takbir. Pagi ini kami (saya dan teman-teman asrama yang bertugas jaga terlambat bangun) dan sadar bahwa kami melewatkan sholat Ied tahun ini. Saya memilih menghadap laptop dan menulis ini. Pekerjaan saya sendiri baru selesai jam 12 malam tadi yang kemudian saya segera balik ke asrama dan istirahat, namun tetap saja terlambat beberapa menit sebelum Iqomah. Ini adalah lebaran pertama saya tidak bersama orang rumah (re:keluarga inti) Meskipun pernah beberapa kali kami lebaran diluar, namun tetap satu bersama-sama. Awalnya saya merasa bisa dan sudah minta izin lebih dahulu kepada ayah ibuk beberapa hari sebelum lebaran tidak bisa pulang karena pekerjaan saya tidak memberi libur di waktu lebaran. Jadi saya hanya bisa berkomunikasi via suara dengan orang-orang rumah. Semoga mereka senantiasa dalam limpahan rahmat Allah.
Saya sedikit melakukan nostalgia membawa saya pada 18 lebaran sebelumnya yang sudah saya lalui. Ada sedikit rasa buncah dalam hati, yah ini semua manusiawi. Namun saya teringat dengan beberapa meme yang dipenuhi dengan guyonan kaleng Khong Guan. Yah, kaleng Khong Guan merupakan salah satu kaleng legendaris yang memang menjadi TOP 1 Billboard chart tiap lebaran. (hahaha). Biskuit Terpadu (saya sebut begitu karena dalam kemasan terdapat berbagai jenis kue) ini memiliki kemasan yang legendaris. Setelah saya mencari beberapa informasi, ternyata desain atau gambar dalam kemasan ini merupakan karya ilustrasi bapak Bernardus Prasodjo. Ada yang ganjil dengan desain keluarga Khong Guan dalam kemasan Khong Guan. Tidak ada kehadiran ayah dalam ilustrasi keluarga bahagia ini. Namun Bernardus menjelaskan bahwa sebenarnya sang ayah berada dibalik kamera, tengah mengambil gambar tersebut. Hahaha, pak Bernardus tidak bisa memprediksi kehadiran tongsis dan wefie pada waktu itu.
Khong Guan merupakan kue yang memang untuk dinikmati keluarga. Dilihat dari isi dan jenis-jenisnya yang tergolong banyak dan memang untuk dinikmati beramai-ramai. Mungkin itulah alasan pak Bernardus membuat ilustrasi keluraga Khong Guan dalam kemasan tersebut. Namun jika dilihat kembali, juga ditegaskan dengan keterangan Bernardus mengenai ilustrasi tersebut, sebenarnya kemasan Khong Guan sendiri memiliki pesan implisit yang mungkin saja sengaja ingin disampaikan. Keluraga harmonis dan bahagia sekalipun tidak melulu harus lengkap. Ilustrasi Khong Guan menjelaskan bahwa kehadiran ayah menjadi orang yang mengambil gambar tersebut. Bahwa bukan merupakan suatu keharusan semua berada dalam satu bingkai kebahagiaan. Tidak melulu harus ada kehadiran baru kebahagiaan out bisa didapat. Namun bagaimana rasa engage atau keterikatan itu sendiri yang menyatukan kebahagian meski berada di tempat lain. Tidak semua keluarga Khong Guan in frame, namun mereka sudah merasakan kehadiran satu sama lain dalam sebuah kemasan. Hal ini mungkin yang sudah disadari pak Bernardus bahwa tidak diukur bagaimana bahagia keluarga atas kehadiran satu sama lain, namun bagaiamana satu sama lain saling menghargai keadaan dan memiliki keterikatan satu sama lain. Mewakili Ayah, Ibuk, Mbak, Mas, adek-adek kami sekeluarga menyampaikan Minal Aidzin wal Faidzin. Taqabbalallahuminna wa minkum.